Komunitas Kebaya Menari Tampil di Vatikan, Promosikan Kebaya lewat Tarian Nusantara

Komunitas Kebaya Menari Tampil di Vatikan, Promosikan Kebaya lewat Tarian Nusantara

Komunitas Kebaya Menari akan tampil di Vatikan pada 28 Oktober 2025 dalam rangka peringatan 60 Tahun Nostra Aetate.-Makansedap.id-Komunitas Kebaya Menari

JAKARTA, Makansedap.idKomunitas Kebaya Menari, komunitas perempuan lintas iman yang mempromosikan kebaya lewat tarian Nusantara, bertolak ke Italia pada Minggu, 19 Oktober 2025. Mereka akan tampil di Vatikan pada 28 Oktober 2025 dalam rangka peringatan 60 Tahun Nostra Aetate, dokumen penting Konsili Vatikan II yang menandai hubungan Gereja Katolik dengan agama-agama non-Kristen.

Undangan tampil di Vatikan datang langsung dari Romo Markus Solo Kewuta SVD, satu-satunya pejabat asal Indonesia di Vatikan yang saat ini menjabat di Dikasteri Dialog Antaragama. “Undangan disampaikan melalui email saya. Mungkin beliau pernah melihat kami saat pementasan Kebaya Natal dengan tema lintas agama,” ujar Yanti Moeljono, pimpinan Komunitas Kebaya Menari, saat ditemui dalam sesi latihan di Grha Besuki 8, Menteng, Jakarta.

Komunitas ini akan membawakan tiga tarian Nusantara dalam acara tersebut. Meski hanya diberi waktu sekitar lima menit untuk tampil, mereka tetap melakukan persiapan maksimal. Sebanyak 31 penari akan tampil mengenakan kebaya dari berbagai daerah di Indonesia, seperti kebaya Jawa, kebaya Janggan dari Bali, dan kebaya khas Sumatera.

“Kami tidak menciptakan tari sendiri, tapi membawakan tarian yang sudah ada. Setiap tarian dilatih oleh pelatih yang berbeda,” ujar Yanti dalam keterangan resmi yang dibaca Makansedap.id, Rabu, 22 Oktober 2025.

BACA JUGA:Kalbe Farma Gelar Edukasi dan Deteksi Dini Diabetes di Tapanuli Selatan

Ia menambahkan, persiapan dilakukan selama tiga bulan, dengan intensitas latihan 3–4 kali seminggu menjelang keberangkatan. Meski penuh semangat, Yanti mengakui ada dua tantangan utama dalam persiapan ini.

Pertama, semua anggota komunitas adalah pekerja aktif, sehingga waktu latihan harus disesuaikan setelah jam kantor. Kedua, sebagian besar anggota bukan penari profesional. “Kami bukan penari, tapi ingin menari untuk mempromosikan kebaya Indonesia, bahkan di hadapan Paus,” ungkapnya.

Menari di Vatikan, menurut Yanti, adalah momen yang tak ternilai. “Saya saja yang muslim deg-degan, apalagi teman-teman yang Katolik. Menari di depan Paus itu mungkin hanya sekali seumur hidup,” ucapnya.

Tak hanya tampil di Vatikan, komunitas ini juga menerima undangan tampil dari seorang profesor Sastra Indonesia di Roma dalam sebuah acara inagurasi. “Karena ini bagian dari promosi budaya Indonesia, saya langsung bersedia,” jelas Yanti.

BACA JUGA:Cara Memperluas Jangkauan Perekonomian lewat Diplomasi Cilok dan Seblak

Misi Kebaya untuk Dunia

Komunitas Kebaya Menari berdiri pada 4 Desember 2019, digagas oleh empat perempuan: Yanti Moeljono, Ade Nirmala, Berty Singgih, dan Dian Chieq. Misi mereka sederhana namun bermakna, yaitu memasyarakatkan pemakaian kebaya melalui gerakan seni dan budaya.

“Tarian membuat kebaya menjadi lebih hidup dan mudah diterima masyarakat, terutama generasi muda,” jelas Yanti. Komunitas ini juga rutin mengajarkan tarian Nusantara secara gratis sebagai bagian dari edukasi kebudayaan.

Kegiatan Kebaya Menari terbuka untuk semua kalangan, tanpa batasan usia maupun agama. Dalam empat tahun perjalanannya, komunitas ini konsisten membawa semangat kebinekaan dan menjadikan kebaya sebagai simbol identitas budaya perempuan Indonesia di panggung internasional.