Begini Cara Mahasiswa ISBI Bandung Mengabdi lewat Irama Bambu

Begini Cara Mahasiswa ISBI Bandung Mengabdi lewat Irama Bambu

Dody Satya Ekagustdiman (tengah), Dosen Senior Prodi Angklung dan Musik Bambu ISBI Bandung-Makansedap.id-Prodi Angklung dan Musik Bambu ISBI Bandung

BANDUNG, Makansedap.id - Suasana Taman Tegalega pagi itu berbeda dari biasanya. Bukan hanya karena keramaian warga yang berolahraga atau berkunjung ke pasar tenda, tapi karena suara angklung bergema dari tengah lapangan. 

Angklung bukan dimainkan oleh musisi profesional, melainkan mahasiswa-mahasiswa muda dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.

Mereka adalah mahasiswa Program Studi Angklung dan Musik Bambu yang tengah menjalankan salah satu wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. 

Di bawah langit Bandung yang cerah, mereka hadir bukan untuk tampil megah, tapi untuk membaur, mengajak, dan menyatu dengan masyarakat lewat bunyi-bunyi bambu yang hidup.

BACA JUGA:Mengungkap Perbedaan Asinan Betawi dan Asinan Bogor

Acara ini digagas oleh Adit Barli, Ketua Yayasan Bogalakon, bersama Kang Iwan, Ketua LSM TUAR yang selama ini aktif dalam kegiatan sosial dan kebudayaan di Bandung. 

Kolaborasi ini membuka ruang nyata bagi para mahasiswa seni untuk belajar langsung dari masyarakat dan juga, untuk memberikan sesuatu kembali kepada mereka.

Mereka dipimpin oleh Alumni Mahasiswa, dibimbing oleh pengajar yang sudah melegenda. 

Kegiatan ini dipimpin oleh Kang Valent, alumni yang dipercaya sebagai koordinator lapangan. Dia memandu rekan-rekannya dalam persiapan, pelaksanaan, hingga berinteraksi langsung dengan warga.

BACA JUGA:Mendalami Budaya China lewat Kuliner Mi Lanzhou di Jakarta 

Dalam prosesnya, mereka tidak berjalan sendiri. Turun langsung mendampingi adalah Dody Satya Ekagustdiman, dosen senior Prodi Angklung dan Musik Bambu ISBI Bandung, yang dikenal luas atas dedikasinya terhadap pelestarian musik tradisional kontemporer

“Ini bukan sekadar bermain angklung, tapi belajar dari masyarakat, memahami konteks sosial, dan membawa seni kembali ke akarnya, kebersamaan,” ujar Dody Satya Ekagustdiman. 

Kata angklung, kata Dody Satya Ekagustdiman, adalah bahasa sansekerta yang berarti ang adalah hidup, kl atau kala yang berarti waktu. Sedangkan, ung artinya kehidupan. 

Sehingga dapat diartikan bahwa angklung artinya adalah perjalanan dalam kehidupan atau seni kehidupan. Angklung dimainkan oleh kalangan petani (agraris). Hal tersebut dapat dilihat di Kanekes, Baduy serta di kampung Kasepuhan Cipta Gelar atau kampung adat gelar alam.