Begini Cara Mahasiswa ISBI Bandung Mengabdi lewat Irama Bambu

Selasa 27-05-2025,16:23 WIB
Editor : Rio Winto

Irama yang Menyatukan

Di lapangan, terlihat puluhan warga, anak-anak, orang tua, remaja. Mereka turut memainkan angklung bersama para mahasiswa. Tidak ada sekat antara pemain dan penonton, karena semua diajak jadi bagian dari pertunjukan. Bagi banyak warga, ini adalah pengalaman pertama mereka memainkan angklung secara langsung dalam kelompok besar.

“Baru kali ini saya main angklung, ternyata seru banget,” ujar Rika seorang remaja dari Buah Batu sambil tertawa. 

“Seru banget, masyarakat antusias ikut joget bareng-bareng. Dia berharap akan ada lagi kegiatan seperti ini dalam setiap minggunya. Jadi masyarakat tahu bahwa di kota, di era modern ini masih ada kebudayaan yang digemari oleh masyarakat,” kata Rika.

Interaksi hangat seperti inilah yang menjadi inti dari kegiatan ini. Seni menjadi jembatan. Angklung bukan lagi alat musik eksklusif, tapi media komunikasi yang terbuka dan membebaskan.

BACA JUGA:Sup Kubis Pedas, Ide Makan Malam Rendah Kalori

Pengabdian Nyata yang Menginspirasi

Apa yang dilakukan para mahasiswa ISBI Bandung ini adalah bentuk sederhana tapi kuat dari pengabdian, hadir, berbagi, dan membuka ruang interaksi yang bermakna. Tidak ada panggung tinggi, tidak ada sekat akademik. Yang ada hanyalah manusia, bambu, dan semangat untuk saling mengenal.

Melalui kegiatan seperti ini, Tri Dharma Perguruan Tinggi tidak lagi berhenti di ruang kelas. Dia hidup, bernapas, dan berbunyi di tengah taman kota, di antara warga, di bawah langit Bandung, bahkan di seluruh Indonesia. (R Jossy Belgradoputra, Pengamat Budaya dan Hukum)

 

Kategori :

Terpopuler